KTI Pengaruh media tanam terhadap perkecambahan


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Media tanam merupakan komponen utama ketika akan bercocok tanam. Media tanam merupakan media / tempat dimana tanaman / biji dapat tumbuh dan berkembang di dalamnya, misalnya tanah, sekam, kapas, dan lainnya. Secara umum, media tanam harus dapat menjaga kelembapan daerah sekitar akar, menyediakan cukup udara, dan dapat menahan ketersediaan unsur hara.
Dalam penelitian ini digunakan 3 media tanam yang berbeda untuk menanam biji kedelai (Glycine max (L) Merr.), yaitu tanah liat, kapas, dan sekam. Dalam hal ini, dapat terlihat bahwa kegunaan masing-masing media tanam itu berbeda, tidak hanya kegunaannya saja tetapi pengaruhnya terhadap perkecambahan suatu biji. Pengaruh tersebut dapat disebabkan karena setiap media tanam mengandung unsur dan struktur yang berbeda.
Pertumbuhan dan perkembangan suatu kecambah biji akan selalu berbeda tergantung media tanam yang dipakai dan unsur yang terdapat dalam media tanam tersebut. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk mengetahui media tanam manakah yang  paling sesuai untuk perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) secara signifikan.

B.     Rumusan Masalah
1.      Adakah pengaruh media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada masing-masing gelas?
2.      Biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada gelas manakah yang paling cepat berkecambah?

C.    Tujuan
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk:
1.      Mengetahui ada tidaknya pengaruh media tanam terhadap kecepatan pertumbuhan kecambah pada biji kedelai.
2.      Mengetahui biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) yang mengalami perkecambahan paling cepat diantara media tanah liat, kapas dan sekam.




D.    Manfaat
Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pembaca tentang pengaruh media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.), mengetahui jenis media tanam yang paling baik untuk perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.), serta sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.

E.     Batasan Masalah
Dalam karya tulis ini kami hanya membahas tentang pengaruh media tanam (tanah liat, kapas, dan sekam) terhadap kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.).
 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS


A.    Tinjauan Pustaka

1.      Biji Kedelai (Glycine max (L.) Merr.)
a.       Klasifikasi
Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Rosidae
Ordo                : Fabales
Famili              : 
Fabaceae (suku polong-polongan)
Genus              : 
Glycine
Spesies            : Glycine max (L.) Merr.
(Backer and van Den Brink, 1965)

b.      Morfologi
Biji kedelai berbentuk polong, setiap polong berisi 1–4  biji. Biji umumnya berbentuk bulat  atau bulat pipih sampai bulat lonjong. Ukuran biji berkisar antara 6 – 30g/100 biji. Warna biji bervariasi antara kuning, hijau, coklat dan hitam (Fachruddin, 2000).Biji –  biji kedelai berkeping dua terbungkus kulit biji (lesta) dan tidak mengandung jaringan endosperm. Embrio terbentuk di antara keping biji. Bentuk biji pada umumnya bulat lonjong, tetapi ada yang bundar dan bulat agak pipih, dengan besar dan bobot biji kedelai antara 5–30g/100 biji (Lamina, 1989).
(, 2010)


2.      Perkecambahan
a.       Proses Perkecambahan
Perkecambahan diawali dengan penyerapan air dari lingkungan sekitar biji, antara lain tanah, udara, maupun media lainnya. Perubahan yang teramati adalah membesarnya ukuran biji yang disebut tahap imbibisi. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel-sel embrio membesar) dan biji melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat..Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah.

b.      Faktor Dalam yang Mempengaruhi Perkecambahan Biji
·         Ukuran benih
Benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan yang lebih banyak dibandingkan dengan yang kecil pada jenis yang sama. Cadangan makanan yang terkandung dalam jaringan penyimpan digunakan sebagai sumber energi bagi embrio pada saat perkecambahan (Sutopo, 2002). Berat benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen (Blackman, dalam Sutopo, 2002).
·         Penghambat perkecambahan
Menurut Kuswanto (1996), penghambat perkecambahan benih dapat berupa kehadiran inhibitor baik dalam benih maupun di permukaan benih, adanya larutan dengan nilai osmotik yang tinggi serta bahan yang menghambat lintasan metabolik atau menghambat laju respirasi.

c.       Faktor Luar yang Mempengaruhi Perkecambahan Biji
·         Air
Penyerapan air oleh benih dipengaruhi oleh sifat benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya dan jumlah air yang tersedia pada media di sekitarnya, sedangkan jumlah air yang diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benihnya, dan tingkat pengambilan air turut dipengaruhi oleh suhu (Sutopo, 2002). Perkembangan benih tidak akan dimulai bila air belum terserap masuk ke dalam benih hingga 80 sampai 90 persen (Darjadi,1972) dan umumnya dibutuhkan kadar air benih sekitar 30 sampai 55 persen (Kamil, 1979).
Menurut Kamil (1979), kira-kira 70 persen berat protoplasma sel hidup terdiri dari air dan fungsi air antara lain:
o   Untuk melembabkan kulit biji sehingga menjadi pecah atau robek agar terjadi pengembangan embrio dan endosperm.
o   Untuk memberikan fasilitas masuknya oksigen kedalam biji.
o   Untuk mengencerkan protoplasma sehingga dapat mengaktifkan berbagai fungsinya.
o   Sebagai alat transport larutan makanan dari endosperm atau kotiledon ke titik tumbuh, dimanaakan terbentuk protoplasma baru.
·         Suhu
Suhu optimal adalah yang paling menguntungkan berlangsungnya perkecambahan benih dimana presentase perkembangan tertinggi dapat dicapai yaitu pada kisaran suhu antara 26.5 sd 35°C (Sutopo, 2002). Suhu juga mempengaruhi kecepatan proses permulaan perkecambahan dan ditentukan oleh berbagai sifat lain yaitu sifat dormansi benih, cahaya dan zat tumbuh giberelin.
·         Oksigen
Saat berlangsungnya perkecambahan, proses respirasi akan meningkat disertai dengan meningkatnya pengambilan oksigen dan pelepasan CO2, air dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dapat dipakai akan menghambat proses perkecambahan benih (Sutopo, 2002). Menurut Kamil (1979) umumnya benih akan berkecambah dalam udara yang mengandung 29 persen oksigen dan 0.03 persen CO2.
·         Cahaya
Kebutuhan benih akan cahaya untuk perkecambahannya bervariasi tergantung pada jenis tanaman (Sutopo, 2002). Adapun besar pengaruh cahanya terhadap perkecambahan tergantung pada intensitas cahaya, kualitas cahaya, lamanya penyinaran (Kamil, 1979).     
·         Media
Media yang baik untuk perkecambahan haruslah memiliki sifat fisik yang baik, gembur, mempunyai kemampuan menyerap air dan bebas dari organisme penyebab penyakit terutama cendawan (Sutopo, 2002). Banyak media tanam yang bisa dipilih untuk tanaman. Meskipun begitu, sebagian besar kegiatan pertanian dan pertamanan sampai saat ini masih bergantung kepada tanah. Mahluk hidup di dalam tanah membantu memecah materi sisa tumbuhan dan bangkai hewan menjadi zat hara, yang kemudian diserap oleh akar tumbuhan.
(, 2011)


3.      Jenis Media Tanam
a.       Media Tanah Liat
Tanah liat adalah partikel mineral berkerangka dasar silikat yang berdiameter kurang dari 4 mikrometer. Tanah liat mengandung leburan silika dan atau aluminium yang halus. Unsur-unsur (silikonoksigen, dan aluminum) adalah unsur yang paling banyak menyusun kerak bumi.
 Tanah liat terbentuk dari proses pelapukan batuan silikat oleh asam karbonat dan sebagian dihasilkan dari aktivitas panas bumi. Tanah liat membentuk gumpalan keras saat kering dan lengket apabila basah terkena air. Sifat ini ditentukan oleh jenis mineral tanah liat yang mendominasinya.
(, 2012)
b.      Media Kapas
Kapas adalah serat halus yang menyelubungi biji beberapa jenis Gossypium (tanaman kapas), tumbuhan 'semak' yang berasal dari daerah tropika dan subtropika. Apabila lemakproteinmalam (lilin), dan lain-lain residu disingkirkan, sisanya adalah polimer selulosa murni dan alami. Selulosa ini tersusun sedemikian rupa sehingga memberikan kapas kekuatan, daya tahan (durabilitas), dan daya serap air.
(, 2012)

c.       Media Sekam
Sekam adalah bagian dari bulir padi-padian (serealia) berupa lembaran yang kering, bersisik, dan tidak dapat dimakan, yang melindungi bagian dalam (endospermium dan embrio). Dalam pertanian, sekam dapat dipakai sebagai campuran pakan, alas kandang, dicampur di tanah sebagai pupuk, dibakar, atau arangnya dijadikan media tanam.
                                                                                          (, 2012)

B.     Hipotesis
Berdasarkan studi literatur diatas maka dapat diajukan higelasesis sebagai berikut:
1.      Ada pengaruh jenis media tanam terhadap kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.).
2.      Media tanam yang paling baik dalam proses perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.) adalah media kapas.






BAB III
METODE PENELITIAN

A.    Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan di Jalan Bromo 1 no.5 dimulai dari tanggal 3 sampai 7 Agustus 2012.
B.     Alat
Pada penelitian ini dibutuhkan gunting kertas untuk melubangi gelas air mineral bekas yang digunakan sebagai gelas.
C.    Bahan
Bahan-bahan yang digunakan dalam penelitian antara lain:
1.      Biji kedelai (Glycine max (L.) Merr.) 15 butir
2.      Air
3.      Gelas bekas air mineral 3 buah
4.      Tanah liat
5.      Sekam
6.      Kapas

D.    Cara Kerja
1.      Menyiapkan dan membersihkan tiga gelas air mineral kosong.
2.      Melubangi bagian bawah sebanyak tiga lubang.
3.      Memasukkan tiga media tanam yang berbeda ( pada masing-masing gelas)
4.      Menyiapkan biji kedelai yang telah direndam air selama 50 menit.
5.      Menyirami masing-masing gelas dengan 10 ml air.
6.      Memasukkan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada gelas, masing-masing lima biji.
7.      Mengamati pertumbuhan tiap hari (selama 5 hari).

Variabel bebas             : Media tanam (tanah liat, sekam, kapas).
Variabel kontrol          : Jenis biji kedelai, volume air yang disiramkan, gelas, intensitas                                 cahaya matahari, suhu.
Variabel terikat           : Waktu perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.).


E.     Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan antara media tanam dan waktu  perkecambahan yang dibutuhkan tanaman. Parameter yang diamati yaitu mulai munculnya radikula.

 BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Hasil
Tanaman uji yang digunakan selama penelitian adalah biji kedelai (Glycine max (L) Merr.). Sampel ditentukan secara random, dibuat menjadi 3 kelompok dan diletakkan pada 3 gelas dengan media tanam yang berbeda. Gelas A diisi media tanah liat, gelas B media kapas dan gelas C media sekam. Selama penelitian berlangsung, biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) yang berkecambah paling awal adalah pada media kapas. Pada hari pertama semua biji di masing-masing gelas belum mengalami perkecambahan. Biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada media kapas tumbuh pada hari kedua setelah penanaman, pada media tanah liat berkecambah di hari ketiga setelah penanaman sedangkan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.)  media sekam berkecambah di hari keempat setelah penanaman. Keterangan dilihat pada tabel berikut:

Tabel 1. Waktu Perkecambahan Biji Kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada Media Tanah Liat, Kapas dan Sekam.
Hari ke-
Gelas A
Gelas B
Gelas C
 1
-
-
-
2
-
v
-
3
V
v
-
4
V
v
v
5
V
v
v

Keterangan :
-          : Belum berkecambah                                        Gelas A           : Tanah Liat    
+    : Sudah Berkecambah                                      Gelas B           : Kapas
                                                                                 Gelas C           : Sekam

B.     Pembahasan
            Berdasarkan tabel pengamatan, biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) pada media kapas berkecambah paling cepat karena kapas dapat menjaga kelembapan yang lebih lama dan lebih baik daripada media tanah maupun sekam, selain itu tekstur kapas yang lembut sangat sesuai untuk akar tanaman kedelai (Glycine max (L) Merr.) yang masih muda dan lemah. Namun kekurangan media kapas ini akan nampak setelah perkecambahan usai karena pada media kapas tidak terdapat unsur hara. Media tanah liat memiliki kerapatan yang tinggi sehingga sulit untuk ditembus oleh akar tanaman yang masih muda. Selain itu daya serap tanah liat lebih rendah daripada daya serap kapas. Pada sekam, tingkat kerapatannya sangat rendah yang menyebabkan sangat sedikit air yang tersimpan. Sementara pada proses perkecambahan, komponen utama yang diperlukan adalah air sehingga media tanam yang paling cocok adalah media yang memiliki daya serap tinggi dan dapat menjaga kelembapan dengan baik.

 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A.    Simpulan
Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa:
1.      Media tanam berpengaruh pada kecepatan perkecambahan biji kedelai (Glycine max (L) Merr.).
2.      Dari ketiga media tanam yang diamati, biji kedelai (Glycine max (L) Merr.) yang ditanam pada media kapas mengalami perkecambahan paling cepat.

B.     Saran
Penggunaan media kapas sebaiknya dikenalkan pada masyarakat sebagai media perkecambahan yang baik karena memiliki daya serap air yang tinggi




0 komentar:

Posting Komentar

Archives

Category

Biologi (1) Blogcorner (3) Cerpen (1) Chord (3) Fisika (1) HSE (1) Kesehatan (3) Komputer (2) Lainnya (4) Lyric (1) Puisi (4)

Site Info

free counters
Free Page Rank Tool

Site Traffic